Bulan Ramadhan ini merupakan Bulan penuh hikmah dimana setiap minggunya
dapat dijadikan sebagai ajang bertemu kembali dengan teman-teman lama. Saat ini
umur saya 24 tahun, dimana saya mempunyai beberapa kesatuan teman. Yeap! Mulai
dari teman SD, teman SMP, teman SMA, teman kuliah, teman sekantor, atau bahkan
teman-teman di kelompok yang lain. Bulan puasa di Indonesia ini benar-benar
tercipta lingkungan yang sangat kondusif untuk kita sebagai umat Islam dalam
menjalan ibadah ini. Semua sektor kehidupan mendukung, mulai dari penyesuaian
jam kerja, acara-acara di televisi, dan semua hal disetiap sendi kehidupan (tapi
bukan berarti kita menjadikan ibadah puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan
dan minta dimaklumi).
Buka bersama akan sangat sering dilakukan di Bulan Ramadhan ini, namun
jangan sampai buka bersama yang semula tujuannya untuk mempererat silahturahim
malah menjadikan kita menonjolkan kehedonan. Misalnya buka bersama di restoran
yang mahal dan dilakukan setiap minggu. Hal lain yang patut dihindari adalah
karena saking asyiknya bertemu kawan lama kita menjadi lupa waktu untuk
melakukan sholat maghrib. Hal ini juga seringkali dialami oleh penulis, jadi
penulis benar-benar berharap untuk siapapun yang bertemu dengan penulis di
waktu buka bersama untuk saling mengingatkan melaksanakan sholat maghrib. Sekali
lagi saya tegaskan buka bersama adalah ajang silahturahim bukan ajang
berghibah, karena akan sangat sulit mencari topik untuk berbincang dengan teman
lama selain ngomongin teman satu sama lain. (bener kan?) *ini juga yang sulit
dihindari oleh penulis.
Dalam setiap buka bersama pun memerlukan proses yang panjang (kalo menurut
saya). Mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap paling
susah adalah tahap perencanaan yakni penentuan tanggal dan tempat. Dalam tahap
ini kita akan menemui beberapa kepentingan setiap individu di dalamnya. Hal tersebut
dapat disesuaikan dengan karakter setiap orang yang terlibat di dalamnya. Dalam
pemilihan tempat, ada teman yang mementingkan kepentingan pribadi diatas
kepentingan bersama dengan memaksakan untuk memilih lokasi yang dekat dengan
rumahnya, padahal rumahnya jelas-jelas jauh dipinggir kota, dengan alasan “kejauhan.. Ambil di daerah tengah2. Kshan klo
temen2 yg rumahnya ujung2 *seperti saya* :D”. Daerah tengah adalah daerah yang tidak menguntungkan semua pihak, dimana
banyak teman-teman yang rumahnya berada di daerah dekat sekolah dan hanya dia
yang rumahnya jauh dari peradaban. Jika hal ini tidak dituruti maka dia akan
marah dan karena dia adalah orang yang berpengaruh maka hasilnya akan
dipaksakan sesuai dengan tempat keinginannya dan para undangan yang datang
sedikit. Disini dapat dikatakan bahwa rencana akan gagal karena salah pemilihan
tempat.Sedikit tips dari saya dalam pemilihan tempat buka bersama adalah
carilah tempat yang dekat dengan tempat kalian dipertemukan. Contohnya jika
kalian dipertemukan di Sekolah Dasar maka carilah tempat di sekitar Sekolah
kalian dahulu, karena selain tempatnya sudah diketahui oleh semua undangan,
kalian juga dapat mengingat masa-masa saat bersekolah disana, nostalgia
lingkungan sekitar.
Begitu juga dalam pemilihan waktu, ada juga beberapa type teman yang
sukanya mengusulkan waktu sesuai dengan jadwalnya dia. Dengan alasan “kalo tanggal segitu aku ga bisa, aku udah
ada jadwal lain dengan teman yang lain, diganti minggu depan ajah wis, biar aku
bisa ikut”. Dalam hal ini teman-teman sebelumnya sudah menyepakati tanggal
sebelumnya, namun hanya karena kepentingan satu orang, mungkinkah kita akan
mengubah tanggal? Yeap dapat diprediksi hasil paling buruk jika kita
menurutinya adalah penentuan waktu buka bersama telah diubah sesuai dengan “kemauan”-nya
namun ternyata pada hari yang dia usulkan, justru dia tidak datang. Hooo... Exactly failed. Sedikit lagi
saran dari saya dalam penentuan tanggal, disini kita harus dapat mengakomodir
kepentingan beberapa pihak, diperlukan satu orang yang tegas dan bersedia
menjadi koordinator dalam penentuan tanggal, carilah tanggal dimana semua orang
bisa atau mayoritas. Tanggal yang tepat menurut saya adalah diakhir-akhir
Ramadhan dimana banyak teman yang bekerja merantau atau sekolah dikota lain
telah kembali ke kampung halamannya. Disitulah kita dapat bertemu dengan teman-teman
yang lama tidak menjadi satu kota lagi, jika hanya bertemu dengan teman itu-itu
saja, maka akan membosankan.
Adalagi type teman yang penurut, dia akan memasrahkan kepada panitia
tanggal dan tempatnya. Jika dia dapat hadir diwaktu yang telah ditentukan dia
akan datang, jika tidak dia akan tidak datang dan ikhlas membiarkan acara buka
bersama berjalan tanpa kehadirannya. Menurut penulis, teman-teman seperti ini
lebih enak daripada teman yang suka memaksakan kehendak, namun ada sisi
buruknya adalah teman-teman ini tidak dapat memberikan kepastian atas
kehadirannya nanti atau tidak. Silahkan pilih untuk berurusan dengan yang mana,
tapi menurutku kedua tipe ini akan selalu ada dalam setiap kelompok pertemanan.
Tahap pelaksanaan adalah tahap yang menggembirakan, namun akan menjadi
tidak gembira jika pada menit-menit terakhir terdapat beberapa teman yang
men-cancel kehadirannya. Humm hal itu sering terjadi loh kawan. Saran lagi dari
saya adalah, ketika kita menjadi orang yang me-cancel kehadiran, janganlah di
waktu yang “detik-detik terakhir” (sumpah kayak menunggu ajal). Apalagi jika
buka bersama diadakan di rumah salah satu teman kita, hal itu akan mengecewakan
si penyelenggara buka bersama.
Tahap akhir yakni tahap pembayaran saat buka bersama. Akan lebih simple
jika buka bersama dilakukan di salah satu rumah teman, maka tahap akhir yang
dilakukan adalah bantuan untuk membereskan. Jangan asal pulang begitu saja. Jika
dilakukan di restauran maka jangan berharap ada yang ngebayarin, itu sungguh
memalukan kawan. Kalian juga perlu memperhatikan anggaran pendapatan dan
belanja diri sendiri. Jangan sampai buka bersama membuat kalian bangkrut
padahal masih ada hari esok untuk berlebaran kawan.
Sekian celoteh saya atas uneg-uneg tentang buka bersama ini. Mohon maaf
jika ada yang tersindir, saya tidak bermaksud memusuhi, disini saya hanya
sebagai pengamat yang sedang berpendapat. UUD 1945 masih ada pasal yang
menyatakan kebebasan kita untuk berpendapat bukan? Ok, berarti saya tidak
melanggar hukum.